Melangkahkan kaki di rumah Bapak kali ini kembali terasa berbeda..., tidak seperti yang dirasakan setiap tahun pulang kampung.
rasa spesial ini selalu muncul saat ada perubahan satu masa dalam hidup gw...
sepuluh tahun yang lalu, mudik pertama, setahun setelah gw pindah ke Jakarta untuk kuliah. Rasa kangen yang membuncah di dada, menyeruak saat masuk rumah ini. Pelukan Ibu yang selalu bikin haru... tepukan bangga dari Bapak, for knowing that I can live by my self...
berlebihan...? ...hehehe... anak-anak yang baru kos pertama kali pasti ngerti apa yg gw rasakan...
tujuh tahun yang lalu, pulang sesaat setelah wisuda, sebelum masuk kerja. Rasa ini muncul lagi... I just feel different saat senyum bangga Bapak menyambutku. Ibu? seperti biasa, mencium penuh bangga, dengan airmata haru.
bangga...? ...udah pastilah... sangat bangga bisa membuat Bapak Ibu bangga. I can smell it in the air...
setahun yang lalu, saat Ibu memanggil pulang...
"inipun kalau kamu sudah siap menikah, Nak... Ibu cuma bantu mengenalkan..., keputusannya tetap ada di tangan kamu..."
"kenapa harus dikenal-kenalin sih, Bu..." Duh... hari gini masih di jodohin?
"Lah, Ibu pikir kamu ndak bisa nyari sendiri..."
hiks... my mom meragukan ketampanan anak nya sendiri..? hehehe...
gimana dia ngga ragu..., secara gw ga pernah ngenalin cewe yg serius ke hadapan beliau...
"Chairil.... Kalo kamu ndak setuju, Ibu juga ndak akan paksa...
"Ibu cuma ingin kamu punya pasangan dari keluarga terpandang... tidak seperti kakak-kakakmu, yang asal pilih... kau lihat kan bagaimana kehidupan mereka sekarang...?"
"Ibu cuma ingin kamu punya pasangan dari keluarga terpandang... tidak seperti kakak-kakakmu, yang asal pilih... kau lihat kan bagaimana kehidupan mereka sekarang...?"
Pelan gw remas tangan wanita pintu surgaku ini... "Ibu... memangnya keluarga kita ndak terpandang? Bapak itu seorang dosen, Bu..., seorang pendidik.... profesi paling mulia yang ada di dunia ini..."
Ibu menghela nafas panjang "kamu ndak mengerti, Nak..., suatu saat kamu akan mengerti..."
surprisingly unbelievable...? ...tentu saja...
menolak keinginan Ibu? that's the last thing I wanna do in this world...
Saat ini, as a married man, melangkah lagi di rumah ini untuk pamit kembali ke Jakarta, rasa aneh itu kembali menyeruak dalam dada...
bukan rasa kangen berlebihan..., bukan rasa bangga..., bukan pula rasa tak percaya....
yang ada malah rasa bimbang,
bisa ga' ya membangun atmosfir rumah gw nanti seperti suasana bahagia rumah ini...?
bisa ga' ya rumah tangga gw akan tahan bertahun-tahun just like my mom and dad's?
Masih dengan spanduk dukungan lama...
ReplyDelete-bisa... bisa... bisaa..-
hmm...
lebih tepatnya sih...
HARUS BISA....
well, need not to be so doubthfull like that, it is an unconditional love making us feel relieved :) wkwkwkkwwkw sok nian ah si Erikson ini :)
ReplyDelete@Okit: thx my friend. dukungannya mantep...
ReplyDelete(btw, dukung belakang apa depan nih..?)
@Erik: dah mulai paham masalah hidup si erik nih... dah siap lah melamar seseorang.. hehehe..
mas alil..
ReplyDeletewah..
tengstuyu telah membuat gw sukses nyasar ke tempat erikson..
ternyata kite satu angkatan kampus rupanya..
khee...
bumi ternyata masih bulat ya...!!!
*eh..
gw salah tempat curhat ya???
hehehe...
::cengar cengir,,,:::
pasti bisa dong selanggeng bapak dan ibu..harus optimis. :)
ReplyDeletejadi pulang kali ini..uda bawa anak blm? :p
@Okit: jadi reunian dong ya sama BSE... dah ketemuan..?
ReplyDelete@Lolly: belum lah... baru juga mulai... eh, thx dah mampir...
Asal niatnya bener, pasti ada jalan.....
ReplyDeleteMungkin jalannya belok-belok, naik-turun, bolong-bolong tapi pasti ada, selalu ada.
@lucky: you are right...! thanks...
ReplyDeleteikutan nangis...... *LEBAY(ing)
ReplyDelete