Tuesday, September 8, 2009

home...


Melangkahkan kaki di rumah Bapak kali ini kembali terasa berbeda..., tidak seperti yang dirasakan setiap tahun pulang kampung.

rasa spesial ini selalu muncul saat ada perubahan satu masa dalam hidup gw...

sepuluh tahun yang lalu, mudik pertama, setahun setelah gw pindah ke Jakarta untuk kuliah. Rasa kangen yang membuncah di dada, menyeruak saat masuk rumah ini. Pelukan Ibu yang selalu bikin haru... tepukan bangga dari Bapak, for knowing that I can live by my self...

berlebihan...? ...hehehe... anak-anak yang baru kos pertama kali pasti ngerti apa yg gw rasakan...

tujuh tahun yang lalu, pulang sesaat setelah wisuda, sebelum masuk kerja. Rasa ini muncul lagi... I just feel different saat senyum bangga Bapak menyambutku. Ibu? seperti biasa, mencium penuh bangga, dengan airmata haru.

bangga...? ...udah pastilah... sangat bangga bisa membuat Bapak Ibu bangga. I can smell it in the air...

setahun yang lalu, saat Ibu memanggil pulang...

"inipun kalau kamu sudah siap menikah, Nak... Ibu cuma bantu mengenalkan..., keputusannya tetap ada di tangan kamu..."

"kenapa harus dikenal-kenalin sih, Bu..." Duh... hari gini masih di jodohin?

"Lah, Ibu pikir kamu ndak bisa nyari sendiri..."

hiks... my mom meragukan ketampanan anak nya sendiri..? hehehe...
gimana dia ngga ragu..., secara gw ga pernah ngenalin cewe yg serius ke hadapan beliau...

"Chairil.... Kalo kamu ndak setuju, Ibu juga ndak akan paksa...
"Ibu cuma ingin kamu punya pasangan dari keluarga terpandang... tidak seperti kakak-kakakmu, yang asal pilih... kau lihat kan bagaimana kehidupan mereka sekarang...?"


Pelan gw remas tangan wanita pintu surgaku ini... "Ibu... memangnya keluarga kita ndak terpandang? Bapak itu seorang dosen, Bu..., seorang pendidik.... profesi paling mulia yang ada di dunia ini..."

Ibu menghela nafas panjang "kamu ndak mengerti, Nak..., suatu saat kamu akan mengerti..."

surprisingly unbelievable...? ...tentu saja...
menolak keinginan Ibu? that's the last thing I wanna do in this world...

Saat ini, as a married man, melangkah lagi di rumah ini untuk pamit kembali ke Jakarta, rasa aneh itu kembali menyeruak dalam dada...

bukan rasa kangen berlebihan..., bukan rasa bangga..., bukan pula rasa tak percaya....

yang ada malah rasa bimbang,
bisa ga' ya membangun atmosfir rumah gw nanti seperti suasana bahagia rumah ini...?
bisa ga' ya rumah tangga gw akan tahan bertahun-tahun just like my mom and dad's?

Tuesday, September 1, 2009

enjoy it, alil..!

So here I am...
di ruang ganti ballroom salah satu hotel terbaik di kota ini. Make-up team masih sibuk memberikan finishing touch. Berpakaian kebesaran raja dan ratu sehari, kita berdua siap dipajangkan di panggung, menjalani ritual resepsi pernikahan.

Terdengar senda gurau dari my mom and dad serta mertua, entah apa yang membuat mereka bahagia dibalik uang ratusan juta yang mereka keluarkan untuk acara ini...
ngga mikir kalo anaknya yang mengais rejeki di Jakarta memimpikan seandainya biaya pesta ini buat nyicil rumah...
But that's what parents do...
Sepertinya pesta ini adalah pengejawantahan puncak kebanggaan mereka setelah bertahun-tahun berkarir.
hmm.. tambah lagi the list things that I won't do when I grow older.

Setengah delapan sudah, belum ada tanda bahwa pesta akan dimulai... padahal tamu-tamu sudah datang memenuhi ruangan pesta...

gw gelisah, mulai keringetan, pendingin ruangan tak mampu meredakan nervous yang tiba-tiba nyerang... gimana ga' panik, secara di Jakarta dah biasa jadi MC dan selalu mengutamakan on time schedule, pas pestanya sendiri malah telat hampir satu jam.

ternyata tuan rumah memutuskan untuk menunggu tamu agung (who the hell they are....), gubernur dan pejabat daerah lainnya. Jabatan mertua yang kepala kanwil salah satu departemen mengharuskannya menunggu tamu ga' penting yang sama sekali ga' gw kenal...

8.00 prosesi dimulai, berjalan di red carpet, iring2an yang sangat panjang, entah siapa saja yang ikut dibelakang kita berdua, pengen sekali-kali nengok nge-cek, pengen tau tiga ekor temen gw ikut ga di belakang... secara dah gw pesankan mereka untuk memakai baju keluarga.
tapi niat itu urung gw lakuin. ga lucu kalo the groom nengok-nengok brasa ketinggalan konde...

tari-tarian, petatah petitih MC, sambutan, tarian lagi, foto, salaman, duduk lagi, salaman lagi, senyum tiga jari, ngucapin makasih ratusan kali...
worthed sekali pesta mewah yang membuat tangan kebas, gigi kering, kaki lemas...

iri gw dengan Yo, Reza, dan Chris yang asyik berdiri nontonin kita di pojok kanan panggung sambil makan crepes dan es krim...
Satu hal yang biasa kita lakukan berempat ke undangan kawin; bolak-balik ngambil makanan enak, jadi fashion police para tamu yang salaman di panggung, menghina-dina tamu yang berfoto, sambil menghindari percakapan basi dari tamu lain: 'apa kabar? datang sama siapa? oh, belum married juga ya?'


basi kan...? dikira married tuh segampang benerin alis..?

Selesai sudah, host lagi sibuk beberes, panitia dan EO menikmati makanan sisa. Semua asyik dengan tawa canda merayakan suksesnya acara.
Dua setengah jam menjalani ritual, ternyata bikin pusing juga ..

I need fresh air...

Saat melangkah keluar, terdengar gurauan dari para penari, pagar ayu dan pagar bagus,

"Mau kemana 'bang penganten? ga' boleh sendirian lho..."
"Saya aja yang temenin, mau ngga..?"

kembali senyum tiga jari ku tolehkan ke mereka, hmm... dasar anak-anak muda...
................
tapi kok salah satu pagar bagusnya ada yang lucu ya...?
................
halah......